Dunia percetakan terus berkembang, hingga pemerintah VOC di Indonesia mendirikan Komisi Bacaan Rakyat yang bertujuan memperbaiki mutu novel yang beredar. Pada tahun 1917, komisi tersebut berganti nama menjadi Balai Poestaka dan sukses menerbitkan banyak karya emas dari sastrawan jenius tanah air. Artikel ini menjelaskan sejarah percetakan di Indonesia dari masa tersebut, mulai dari Gutenberg, VOC, Belanda, hingga Tirtoadiesoerjo. Anda bisa mengetahui perkembangan percetakan di Indonesia, mulai dari alkitab, literatur, surat kabar, hingga dokumen pemerintahan. Anda juga bisa mencetak produk kebutuhan bisnis dengan bahan dan hasil berkualitas di Instaprint Cengkareng. Teknik cetak pertama kali yang dikenal dimulai dari Kota Mainz, Jerman pada tahun 1440 yang merupakan sentra kerajinan uang logam saat itu. Pertama kali metode cetak diperkenalkan oleh Johannes Gutenberg dengan inspirasi uang logam yang digesekkan dengan arang ke atas kertas. Di dalam kitabnya, Gutenberg membuat percobaan terhadap percetakan berwarna untuk beberapa bagian awal halaman, tersedia hanya dalam beberapa salinan. Karya baru-barunya, The Mainz Psalter yang dikeluarkan pada tahun 1453, sepertinya di disain oleh Gutenberg tetapi diterbitkan di bawah terbitan penggantinya, Johann Fust dan Peter Schöffer Departemen Penerangan ditutup pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gusdur. Kepemilikan Lokananta akhirnya dipindahkan di bawah Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI). Perbedaan industri, percetakan dan studio rekaman, membuat Lokananta tak seaktif dulu. Bahkan, Lokananta sempat mengalami pailit pada tahun 2004. VAX1u.

sejarah percetakan di indonesia